Hi sahabat Sumber Rejeki Motor. Selamat Hari Raya Idul Adha bagi yang merayakan.
Saya bersyukur banyak sekali
perubahan dalam diri saya di tahun 2015 ini, tahun ini benar-benar menjadi
tahun luar biasa yang belum pernah saya alami sebelumnya, sungguh saya
merasakan karya Tuhan dalam hidup saya, saya dibentuk diusia yang masih sangat muda.
Setiap kumpul bersama orang-orang hebat, pasti saya paling termuda, paling
sendiri wanitanya, belum pernah saya bertemu cewe anak muda usia yang sama
dengan saya, yang gila juga seperti saya. Sampai pernah Pak Roy Sakti ketika ke
Yogya kemarin menanyakan ke saya,"Angel ada gag teman kamu yang cewe, sama
kayak kamu cara berpikirnya ???", saya jawab,"enggak ada Pak, saya
cewe gila makanya cara berpikir saya beda". Hehehe.
Sejak tahun 2009 saya kuliah dan
hidup seorang diri di Yogyakarta membuat saya berpikir bahwa ini kota
perjuangan harus bisa menjadi kota keberhasilan buat saya, dan saya memilih
untuk menetap di Yogya seterusnya, syukurlah sekarang sudah punya KTP
Yogyakarta asli tanpa tembak alias urus sendiri, hehehe, saya berpikir waktu
itu harus bisa sukses di sini, gag boleh pulang ke rumah sebelum sukses,
sekalipun natal, saya enggak mau seperti mahasiswa lainnya yang libur bentar
langsung pulang, atau setelah lulus langsung balik ke kota masing-masing
mengikuti alur orangtua mereka, I say No.
Bahkan saya bersyukur selalu
diberi fasilitas yang enak dari kedua orangtua saya, tapi karna saya ingin
sukses dengan kaki tangan saya sendiri membuat saya memilih keluar dari zona
nyaman kehidupan enak dari Mama Papa. Saat itu usia saya menginjak 18 tahun, saya
mulai menunda kesenangan, di saat teman-teman main, nongkrong, clubbing, bahkan
sampai detik ini saya tidak pernah tau ataupun masuk ke tempat clubbing di
Yogya, saya berpikir gila dan berbeda dari teman-teman saya,.
"Aahh ngapain coba saya
hidup happy gini, saya ingin proses, selama ini udah hidup enak dari Mama Papa,
apa aja bisa saya minta dengan mudah, uang jajan habis, minta jajan lagi 2juta
dikasih 4juta, bahkan uang jajan tak terhingga, lulus kuliah tinggal diam aja
bisa dapat kerja, semua sudah diurus Mama Papa, tapi apa enaknya hidup seperti
ini ? Saya tau maksud Mama Papa baik buat saya, mereka ingin kualitas hidup
yang aman dan nyaman untuk saya, tapi saya bukan boneka Mama Papa yang diatur
dan dibentuk sesuai keinginan mereka, saya adalah diri saya, masa Mama Papa
terus yang memberi ke saya, saya juga ingin memberi ke Mama Papa, saya ingin
sukses sendiri, dengan cara saya, saya ingin sukses diusia muda, saya ingin
bebas uang dan waktu diusia muda juga, main-main seperti ini malah menghabiskan
uang, saya ingin membahagiakan Mama Papa dengan kesuksesan saya diusia yang
masih muda, saya harus berjuang, berbuat sesuatu yang bisa membuat saya berubah
menjadi anak yang berbeda dari kebanyakan anak muda, apa yang harus saya
lakukan yah, bagaimana memulainya ?".
Kehidupan masa depan saya sudah
diatur Mama Papa jauh sebelum saya kuliah, sekalipun fasilitas lebih dari
cukup, tapi Papa selalu mengajarkan kedisiplinan jika ingin sukses, kejujuran,
kebaikan hati untuk menolong orang lain, kerendahan hati, juga kecerdasan dalam
segala hal. Papa memang orang hebat, Papa pun tidak mau mengandalkan kesuksesan
Kakek (sekarang alm) saat itu di Papua, keluarga dari Papa memang keturunan
intelektual yang memiliki banyak prestasi, Papa memulai dari bawah juga,
dikasih warisan banyak, Papa memilih simpan dan berjuang dari nol, begitu juga
Mama dari keluarga bisnis, Mama pun sama, walaupun Mama dari latarbelakang
keluarga bisnis yang bisa dibilang Kakek sukses, karna Kakek adalah Juragan
kapal yang dipandang, tapi Mama pun memilih untuk berjuang dengan Papa dari
nol, walaupun Mama tetap dibidang bisnis, dan setiap Mama bisnis selalu
berhasil.
Sejak kecil saya dididik keras
dan disiplin sama Mama dan Papa. Tapi Mama Papa tak lupa mengajarkan hidup
sederhana dan tidak boleh sombong dengan apapun yang kita miliki. Dididikan
Mama Papa lah yang membuat saya memilih untuk sukses lebih muda, lebih cepat,
supaya bisa membahagiakan Mama Papa, karna merekalah utama dalam hidup saya.
Kalau banyak anak muda selalu mengharapkan kebahagiaan dari orangtuanya, saya
lebih memilih untuk membahagiakan kedua orangtua saya.
Pernah ada salah satu Tante dari
keluarga besar, sepupu, membicarakan saya yang tidak sengaja saya dengar,
"Angel itu tidak bisa apa-apa, hidupnya enak karna orangtuanya banyak
uang, anak manja mana bisa sukses", padahal saya dibicarakan begitu saya
baru saja selesaikan syuting 3 sinetron 1 FTV di Jakarta, ini bukan prestasi ?
Mendengar ini, membuat saya makin berpikir apa yang bisa saya lakukan lebih
lagi, saya memilih keluar dari dunia entertainment karna enggak sanggup
waktunya, dan saya memilih untuk menjadi pengusaha, passion paling tepat untuk
masa depan saya. Saya terbakar dengan kalimat itu, bakal saya buktikan, saya
bisa berprestasi. Dua tahun kemudian saya buat prestasi dengan ratusan juta,
sekarang kemana-kemana Mama Papa dan Kakek Nenek (dari Mama) selalu
menceritakan saya ke keluarga besar, dimanapun mereka berada, mereka amat
bangga menceritakan saya, walaupun saya masih merasa kurang membahagiakan
mereka, harus lebih extra lagi perjuangan saya, saya membuktikan bukan untuk
orang yang mengatakan saya, tapi untuk pembuktian kepada diri saya sendiri
bahwa saya mampu, sangat mampu untuk sukses dengan kaki tangan saya sendiri.,
saya sangat mencintai diri saya sendiri.
Banyak anak muda terlena dengan
pilihan orangtua mereka, diajak sukses bilangnya, "Mama gag bolehin saya
kerja, gag bolehin saya begini begitu, dan lainnya, atau ketika ditanya malah
jawabnya, "Saya enggak tau nanti lulus kemana, nanti nanya Ibu Bapak
dulu", nah lho yang punya hidup ini kita sendiri kenapa harus bergantung
sama orangtua sih ???
Dari bayi lahir hingga TK diurus
ortu, SD-SMA diurus ortu, kuliah diurus ortu, lulus diurus ortu, kerja diurus
ortu, nikah diurus ortu juga, punya anak diurus ortu juga.
Orangtua bukan babysitter yang
kerjanya mengurus hidup anak ataupun cucu aja, mereka amat sangat layak diurus
kembali dan dibahagiakan. Kenapa kita harus egois sama orangtua ???
Setiap saya merenung tentang
orangtua saya, selalu aja membuat saya meneteskan airmata, begitu banyak
pengorbanan kedua orangtua saya, sedangkan saya belum bisa memberi apa-apa
untuk mereka, kasih mereka untuk saya amat sangat besar, bahkan dengan apapun
saya berikan ke mereka tidak akan bisa menggantikan pengorbanan mereka untuk
hidup saya. Setiap harinya saya selalu bbm Mama Papa hanya untuk menanyakan
kabar mereka, saya selalu bilang sama Mama Papa, "Ma Pa harus sehat
selalu, dijaga makanan Mama Papa, Mama Papa harus berpikir positif yah, apapun
yang terjadi dalam hidup kita, semua itu baik, pasti ada maksud baiknya, saya
janji saya pasti sukses supaya kita bisa jalan-jalan keliling dunia".
Saya ingin sekali membawa mereka
jalan-jalan keliling dunia dengan hasil perjuangan saya, seringkali bahkan Mama
Papa heran dengan omongan saya, tapi mereka begitu tenang ketika saya
mengatakan hal-hal yang menguatkan, truly hanya ingin membuat mereka bahagia,
saya amat sangat mencintai Mama Papa.
Itulah kenapa saya memilih
menunda kesenangan agar suatu saat saya bisa senang-senang dengan orangtua dan
adek-adek saya. Saya hanya ingin menjadi anak yang berbakti untuk kedua
orangtua saya, kakek nenek saya, mertua saya, dan suami masa depan saya, dan
pembuka kesuksesan untuk kedua adik saya, dan menjadi orangtua teladan untuk
anak-anak saya kelak. Saya pun berdoa agar Tuhan memberikan pasangan hidup buat
saya yang sangat mencintai Mama Papanya, juga mencintai Mama Papa saya. Kalau
saya memilih hidup seperti orang pada umumnya kapan saya bahagiakan orang-orang
yang saya cintai ??? Family is number one untuk saya. Inilah motivasi saya
kenapa sampai detik ini saya memilih terus berjuang tanpa menyerah sedikit pun.
Semoga kita selalu bisa
membahagiakan orang-orang yang kita cintai yaaahhh.
Saya bersyukur Tuhan selalu
memberkati hidup saya dan keluarga saya. Semoga Tuhan juga selalu memberkati
hidup sahabat Sumber Rejeki Motor semua yah.
--
Warm Regards,
Aprie Angeline
"I'm so blessed &
Happiness always with me"
Tokoh Muda Buku "Satu Lentera Seribu Cahaya"
Komentar